KARAWANG, NarasiKita.ID – Momen yang seharusnya menjadi hari penghargaan bagi abdi negara justru berubah menjadi hari kekecewaan dan kemarahan.
Peringatan Hari Korpri di Kabupaten Karawang, Senin (01/12/2025), diwarnai aksi protes para pensiunan ASN yang menuntut kejelasan atas uang kadeudeuh yang dinilai tidak sesuai dengan hak mereka.
Para pensiunan merasa dikhianati oleh lembaga yang selama ini mereka percayai. Selama bertugas puluhan tahun, gaji mereka dipotong rutin setiap bulan untuk dana Korpri, yang dijanjikan akan dikembalikan sebagai uang penghargaan di masa purnabakti. Namun, nominal yang akan mereka terima hanya separuh dari yang seharusnya.
“Yang dulu-dulu dibayar Rp14 juta, sekarang cuma Rp7 juta. Katanya uangnya nggak cukup, nggak ada perjanjia apa pun,” tegas salah satu pensiunan ASN Pemkab Karawang usai menghadiri pertemuan di Galeri Bale Indung.
“Kalau Korpri Karawang nggak bisa menjelaskan, kami akan langsung adukan ke Pak Dedi Mulyadi di provinsi. Ini uang hasil keringat kami, bukan hibah, bukan belas kasihan,” lanjutnya.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, dana Korpri yang mengendap mencapai sekitar Rp7 miliar, melibatkan 1.191 anggota. Namun hingga kini, tidak ada laporan terbuka atau perincian akuntabel tentang penggunaan dana tersebut, termasuk dasar perhitungan pencairan bagi para pensiunan.
Situasi ini menimbulkan kecurigaan adanya penyimpangan dalam pengelolaan dana potongan gaji ASN, terlebih karena selisih nilai yang cukup mencolok antara penerima terdahulu dan penerima saat ini.
Ironinya, kejadian ini berlangsung tepat di Hari Korpri, momen yang seharusnya menjadi simbol penghormatan dan persaudaraan antarpegawai negeri. Namun di Karawang, semangat “ASN Bersatu, Indonesia Maju” justru berubah menjadi teriakan kecewa dari para purnabakti yang menuntut haknya.
“Hari Korpri ini pahit buat kami. Dulu kami bangga pakai seragam Korpri, sekarang malu. Uang yang kami kumpulkan selama bertahun-tahun entah ke mana,” ujar seorang perempuan pensiunan lain dengan mata berkaca.
“Kami bukan menuntut belas kasihan. Kami menuntut keadilan,” tambahnya. (Yusup)


























