BEKASI, NarasiKita.ID — Jejak perjuangan kemerdekaan di Kabupaten Bekasi kembali mencuat setelah warga menyoroti kondisi makam seorang pejuang pasukan Hasbullah yang gugur pada masa agresi Belanda. Makam yang berada di Kampung Garon, RT 001 RW 001, Desa Lenggahjaya, Kecamatan Cabangbungin itu kini tampak memprihatinkan tak terawat, hanya ditandai batu kali sederhana, dan dikelilingi rumput liar.
Pada 1945, pasukan Hasbullah yang dipimpin ulama sekaligus pejuang, Kiai Noor Ali yang kini telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional berjuang mempertahankan wilayah Bekasi dari serangan Belanda. Kala itu, pasukan berkumpul di sebuah lokasi yang kini dikenal sebagai lapangan sepak bola Batujaya.
Tanpa peringatan, pasukan Belanda melancarkan serangan mendadak. Pertempuran jarak dekat pun pecah dan berlangsung sengit. Dalam bentrokan tersebut, seorang anggota pasukan Hasbullah gugur. Rekan-rekannya kemudian memakamkan sang pejuang di Kampung Garon, yang kini diyakini sebagai salah satu situs penting dalam sejarah perlawanan rakyat Bekasi.
Menurut warga, makam itu dahulu sangat dihormati. Setiap peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, pemerintah setempat kerap menjadikannya lokasi upacara bendera untuk mengenang jasa para pejuang.
“Dulu setiap 17 Agustus selalu ramai. Ada upacara, ada doa bersama. Semua orang tahu itu kuburan pejuang,” kenang Mali (80), tokoh masyarakat setempat, Jumat (12/12/2025).
Namun seiring berjalannya waktu dan bergantinya generasi, perhatian terhadap situs tersebut memudar. Upacara tak lagi digelar, dan kini makam itu tampak sunyi nyaris terlupakan.
Kondisi makam yang kian memprihatinkan membuat warga khawatir bahwa jejak sejarah itu akan hilang. Padahal, keberadaannya menjadi bukti nyata perjuangan pasukan Hasbullah dalam mempertahankan tanah air.
“Kami sedih melihatnya. Ini bukan makam biasa, ini makam pahlawan. Kalau dibiarkan begini, nanti generasi muda tidak tahu lagi sejarahnya,” ungkap Nali (85), tokoh agama Desa Lenggahjaya.
Sejumlah warga pun mengusulkan agar pemerintah melakukan pendataan ulang terhadap situs-situs sejarah perjuangan lokal agar mendapat perhatian dan perawatan yang layak.
Bagi masyarakat Cabangbungin, makam pejuang di Kampung Garon bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir seorang pejuang kemerdekaan, melainkan simbol keberanian dan pengorbanan pasukan Hasbullah pada 1945.
Warga berharap pemerintah daerah, komunitas sejarah, dan generasi muda ikut berperan dalam melestarikan situs tersebut. Perawatan makam bukan hanya bentuk penghormatan terhadap para pahlawan, tetapi juga sarana edukasi sejarah bagi masyarakat.
“Ini jejak penting sejarah Cabangbungin. Semestinya dijaga, dirawat, dan dijadikan tempat edukasi. Pejuang yang berkorban untuk negara tidak boleh dibiarkan terlupakan,” ujar seorang warga lainnya. (MA)



























